Khutbah Jumat: Pemahaman Sahabat
Khutbah Jumat: Pemahaman Sahabat ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Jum’at, 22 Rabiul Akhir 1446 H / 25 Oktober 2024 M.
Khutbah Jumat Pertama: Pemahaman Sahabat
اَلنُّجُوْمُ أَمَنَةٌ لِلسَّمَاءِ. فَإِذَا ذَهَبَتِ النُّجُوْمُ أَتَى السَّمَاءَ مَا تُوْعَدُ. وَأَنَا أَمَنَةٌ لِأَصْحَابِـيْ. فَإِذَا ذَهَبْتُ أَتَى أَصْحَابِـيْ مَا يُوْعَدُوْنَ. وَأَصْحَابِـيْ أَمَنَـةٌ لِأُمَّتِيْ. فَإِذَا ذَهَبَ أَصْحَابِـيْ أَتَى أُمَّتِـيْ مَا يُوْعَدُوْنَ.
“Bintang-bintang adalah keamanan bagi langit, apabila bintang telah pergi, maka akan datang kepada langit apa yang dijanjikan (hari kiamat). Aku adalah keamanan bagi sahabatku, dan apabila aku telah pergi, maka akan datang kepada sahabatku apa yang dijanjikan kepada mereka. Dan para sahabatku adalah keamanan bagi umatku, dan apabila para sahabatku telah pergi, maka akan datang kepada umatku apa yang dijanjikan kepada mereka.” (HR. Muslim)
Perhatikanlah, wahai kaum Muslimin, dalam hadits ini bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memulai dengan menyebutkan bintang. Bintang, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, memiliki tiga fungsi. Pertama, sebagai hiasan bagi langit, kedua sebagai pelempar setan, dan ketiga sebagai penunjuk jalan.
Allah berfirman:
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ…
“Sungguh, Kami telah menghiasi langit dunia dengan lampu-lampu (bintang) dan menjadikannya sebagai pelempar setan.” (QS. Al-Mulk [67]: 5)
Dalam ayat lain disebutkan fungsi bintang sebagai penunjuk jalan:
وَبِالنَّجْمِ هُمْ يَهْتَدُونَ
“Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk jalan.” (QS. An-Nahl [16]: 16)
Demikian pula halnya dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya. Maka, jadikanlah para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam seperti bintang yang menghiasi, karena sesungguhnya mereka adalah hiasan umat Islam. Para sahabat adalah generasi terbaik yang benar-benar mempraktikkan Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam secara sempurna. Mereka adalah representasi Islam yang sejati, sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai generasi terbaik.
Jadikanlah para sahabat sebagai pelempar bagi syubhat-syubhat setan. Setiap pemikiran atau pendapat yang muncul dalam agama harus dilihat dan dibandingkan dengan pemahaman para sahabat. Perhatikanlah, wahai kaum Muslimin, adakah para sahabat yang telah mendahului pemikiran tersebut? Apakah pemahaman tersebut sesuai atau bertentangan dengan pemahaman mereka?
Al-Imam Al-Barbahari rahimahullah berkata:
“Lihatlah, semoga Allah merahmatimu, setiap orang yang berbicara tentang agama di zamanmu, jangan tergesa-gesa untuk menolak atau menerima hingga kamu periksa dulu: apakah para sahabat sudah mendahuluinya dalam masalah tersebut? Jika ada atsar dari para sahabat, maka peganglah erat-erat.”
Karena sesungguhnya pemahaman para sahabat itulah yang paling lurus dan paling berhak untuk kita dahulukan dari pemahaman siapapun.
Al-Imam Asy-Syafi’i, sebagaimana diriwayatkan oleh Rabi’ bin Sulaiman dan disebutkan oleh Al-Imam Ibnu Qayyim dalam I’lām Al-Muwaqqi’in, berkata: “Pendapat para sahabat lebih terpuji untuk kita, dan lebih layak diikuti daripada pendapat kita sendiri.”
Ini yang mengatakan adalah Al-Imam Asy-Syafi’i, seorang ulama besar yang menjadi rujukan bagi para ulama dalam memahami Al-Qur’an dan Sunnah, beliau menegaskan bahwa pendapat para sahabat lebih utama untuk diikuti daripada pendapat kita sendiri.
Oleh karena itu, jadikanlah para sahabat sebagai pelempar bagi syubhat. Jadikanlah mereka sebagai tolok ukur dalam menilai setiap pemahaman dan aqidah. Setiap pemahaman dan aqidah yang tidak sesuai dengan pemahaman para sahabat pasti akan menyesatkan, dan setiap ibadah yang tidak pernah dilakukan oleh mereka adalah perkara yang diada-adakan.
Oleh karena itu, Hudzaifah bin Al-Yaman berkata: “Setiap ibadah yang tidak pernah dilakukan oleh sahabat, jangan kalian lakukan.”
Maka saudaraku, bagi siapa pun yang ingin selamat, ikutilah pemahaman mereka. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah menegaskan bahwa para sahabat adalah penjaga keamanan bagi umat Islam. Kata Imam An-Nawawi maksudnya adalah keamanan dari berbagai kesesatan dan penyimpangan.
Siapapun yang ingin mendapatkan keamanan dalam masalah pemahaman agama, ikuti pemahaman para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Khutbah Jumat Kedua: Pemahaman Sahabat
Jadikanlah para sahabat sebagai penunjuk jalan, bagaikan bintang di langit yang memandu kita memahami Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah adalah salah satu yang paling kuat berpegang pada prinsip ini. Berpegang pada manhaj para sahabat dalam memahami Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam hanya fanatik kepada Allah dan Rasul-Nya. Misalnya, Ibnu Abbas menyelisihi pendapat Abu Bakar dan Umar dalam masalah haji tamattu’, meskipun Abu Bakar dan Umar lebih tua dan berilmu. Namun, Ibnu Abbas lebih memilih untuk mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ketika beliau menjelaskan hadits-hadits yang menunjukkan keinginan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk mengubah hajinya menjadi umrah, yaitu haji tamattu’, saat haji wada’.
Ketika itu ada seseorang berkata kepada Ibnu Abbas bahwa Abu Bakar dan Umar memilih haji ifrad. Ibnu Abbas pun menjawab, “Hampir-hampir Allah menurunkan kepada kalian batu dari langit. Aku katakan kepada kalian bahwa Rasulullah bersabda, namun kalian justru mengatakan bahwa Abu Bakar dan Umar berpendapat begini dan begitu.”
Demikian pula, Ibnu Umar membela pendapat Ibnu Abbas dalam hal ini. Saat ditegur bahwa ayahnya, Umar, lebih menguatkan pendapat haji ifrad, Ibnu Umar menjawab, “Apakah ayahku yang paling berhak diikuti ataukah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam?”
Subhanallah, ini adalah manhaj (metode) yang agung, wahai kaum muslimin. Maka dari itu, Imam Asy-Syafi’i rahimahullah, yang mengikuti manhaj para sahabat, memberikan kepada kita kaidah yang mulia. Beliau berkata, “Kaum muslimin telah bersepakat bahwa siapa saja yang telah jelas baginya sunnah Rasulullah, tidak boleh ia tinggalkan sunnah itu hanya karena mengikuti pendapat seseorang.”
Beliau juga menegaskan, “Apabila kalian menemukan dalam kitabku ini suatu pendapat yang bertentangan dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka ambillah sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan buanglah pendapatku jauh-jauh.”
Namun, bukan berarti kita tidak membutuhkan ulama. Kita memerlukan ulama untuk memahami Al-Qur’an dan Sunnah, tetapi jangan sampai menjadikan ulama seakan-akan terjaga dari kesalahan.
Download mp3 Khutbah Jumat: Pemahaman Sahabat
Podcast: Play in new window | Download
Jangan lupa untuk ikut membagikan link download “Khutbah Jumat: Pemahaman Sahabat” ini kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau yang lainnya. Semoga menjadi pembukan pintu kebaikan bagi kita semua.
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54634-khutbah-jumat-pemahaman-sahabat/